Wednesday, January 19, 2022

Bab 16 Novel Twilight – Fenomena - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 16 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight –Fenomena Bab 16

Lalu semua terlontar begitu saja.

"Yang kutahu kau tak ada di dekatku—Tyler juga tidak melihatmu, jadi jangan bilang aku mengarang semuanya. Van itu mestinya sudah menghancurkan kita berdua—tapi nyatanya tidak, dan tanganmu meninggalkan lekukan di badan mobil itu—juga di mobil yang lain, dan kau sama sekali tak terluka—dan van itu seharusnya menghancurkan kakiku, tapi kau menahannya..."

Aku bisa mendengar berapa itu terdengar sinting dan aku tak bisa melanjutkannya.

Novel Twilight


Aku begitu marah sehingga bisa merasakan air mata mulai menggenangi mataku; aku berusaha menahannya dengan menggertakkan gigiku. Ia menatapku tak percaya. Tapi wajahnya tegang tampak bersalah.

"Kaupikir aku mengangkat mobil van dari atas tubuhmu?" nada suaranya mempertanyakan kewarasanku, tapi itu justru membuatku semakin curiga. Itu seperti kalimat yang dibawakan dengan baik sekali oleh aktor berbakat.

Aku hanya mengangguk sekali, rahangku mengeras. "Tak ada yang bakal memercayai itu, kau tahu." Suaranya terdengar mengejek sekarang. "Aku takkan memberitahu siapa-siapa." Aku mengucapkan setiap kata dengan pelan, hati-hati mengendalikan amarahku.

Wajahnya tampak kaget. "Lalu kenapa kau mempermasalahkannya?"

"Ini penting buatku," desakku. "Aku tak suka berbohong— jadi sebaiknya ada alasan yang baik mengapa aku melakukannya.

"Tak bisakah kau berterima kasih saja dan melupakannya?"

"Terima kasih." Aku menunggu, marah dan berharap.

“Kau takkan menyerah, kan?"

"Tidak."

"Kalau begitu... kuharap kau menikmati kekecewaanmu.”

Kami saling menatap marah dalam hening. Akulah yang pertama bicara, mencoba tetap fokus. Perhatianku nyaris teralihkan oleh wajahnya yang pucat dan menawan.

Rasanya seperti menatap malaikat penghancur.

“Kenapa kau bahkan peduli?" tanyaku dingin. Ia berhenti, dan sesaat wajahnya yang indah tak disangka, sangka berubah rapuh. "Aku tak tahu," bisiknya.

Lalu ia berbalik dan menjauh.

Aku sangat marah, hingga butuh beberapa menit agar bisa bergerak. Setelah bisa berjalan, aku melangkah pelan menuju pintu keluar di ujung lorong.

Ruang tunggu lebih tidak menyenangkan dari yang kukhawatirkan. Sepertinya semua wajah yang kukenal di Forks ada di sana, menatapku. Charlie bergegas ke sisiku; aku mengangkat tangan.

"Aku tidak apa-apa," kuyakinkan dirinya dengan nada jengkel. Aku masih kesal, tak ingin berbasa-basi.

"Apa kata dokter?"

"Dr. Cullen memeriksaku, dan katanya aku baik-baik saja dan bisa pulang." Aku menghela napas. Mike, Jessica, dan Eric ada di sana, mulai bergabung dengan kami. "Ayo," pintaku.

Charlie meletakkan lengannya di punggungku, tidak benar-benar menyentuhku, lalu membimbingku ke pintu keluar yang terbuat dan kaca. Aku melambai malu-malu ke arah teman-temanku, berharap bisa menunjukkan bahwa mereka tak perlu khawatir lagi. Rasanya sangat lega—itulah pertama kalinya aku merasakannya—berada di mobil patroli.

Sepanjang perjalanan kami berdiam diri. Aku begitu larut dalam pikiranku sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Charlie di dekatku. Aku yakin sikap defensif Edward di lorong tadi merupakan jawaban atas hal-hal aneh yang kusaksikan, yang masih tak bisa kupercaya. Ketika kami tiba di rumah, Charlie akhirnya bicara. "Mm... kau harus menelepon Renee." Ia menunduk bersalah.

Aku terkejut. "Kau memberitahu Mom!"

"Maaf."

Aku membanting pintu mobil patroli sedikit lebih keras daripada seharusnya ketika keluar.

Tentu saja ibuku histeris. Aku harus memberitahunya sedikitnya tiga puluh kali bahwa aku baik-baik saja sebelum ia bisa tenang. Ia memohon supaya aku mau pulang— melupakan kenyataan bahwa saat itu rumah kosong—tapi permohonan Mom lebih mudah kutolak daripada yang kubayangkan. Aku asyik dengan misteri yang disimpan Edward. 

Dan agak lebih terobsesi kepada Edward. Bodoh, bodoh, bodoh. Aku tidak terlalu ingin meninggalkan Forks sebagaimana seharusnya, sebagaimana yang seharusnya diinginkan orang normal dan waras.

Kuputuskan akan tidur lebih cepat malam ini. Charlie terus memerhatikanku dengan waswas, dan itu membuatku kesal. Aku mengambil tiga Tyfenol di kamar mandi. Obat ini lumayan membantu, dan begitu rasa sakitnya mereda, aku tertidur pulas.

Itu adalah malam pertama aku memimpikan Edward Cullen.

Penutup Novel Twilight – Fenomena Bab 16

Gimana Novel twilight – Fenomena Bab 16 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: