Wednesday, January 19, 2022

Bab 14 Novel Twilight – Fenomena - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 14 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight –Fenomena Bab 14

Benar-benar hening untuk waktu yang lama sebelum terdengar jeritan. Dalam kekacauan yang tiba-tiba, aku bisa mendengar lebih dari satu orang meneriakkan namaku. Tapi lebih jelas lagi daripada semua teriakan itu, aku bisa mendengar suara pelan dan waswas Edward Cullen di telingaku.

"Bella? Kau baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa." Suaraku terdengar aneh. Aku mencoba duduk dan menyadari ia memegangiku sangat erat di satu sisi tubuhnya.

Novel Twilight


"Hati-hati," ia mengingatkan ketika aku menggeser tubuhku. "Kurasa kepalamu terbentur cukup keras." Aku menyadari rasa sakit yang amat sangat di atas telinga kiriku. "Aduh," kataku, terkejut.

"Itulah yang kupikirkan." Anehnya suara Edward terdengar seperti menahan tawa.

"Bagaimana bisa..." suaraku perlahan menghilang. Aku berusaha menjernihkan pikiran, mengumpulkan kekuatan.

"Bagaimana kau bisa sampai di sini secepat itu?" "Aku berdiri di sebelahmu. Bella," katanya, nada suaranya kembali serius.

Aku mencoba duduk dan kali ini ia membiarkanku, melepaskan pegangannya di pinggangku dan mundur sejauh mungkin di ruang yang sempit itu. 

Aku memandang wajahnya yang waswas dan polos, dan sekali lagi aku merasa bingung karena kekuatan matanya yang berwarna keemasan. Apa yang kutanyakan padanya tadi? Lalu mereka menemukan kami, kerumunan orang dengan air mata membasahi wajah mereka, saling berteriak, berteriak pada kami.

"Jangan bergerak," seseorang memerintah.

"Keluarkan Tyler dari bawah van!" terdengar teriakan Uin. Banyak sekali kesibukan di sekeliling kami. Aku mencoba bangkit, tapi tangan Edward yang dingin menahan bahuku.

"Sekarang jangan bergerak dulu."

"Tapi dingin," aku mengeluh. Aku terkejut ketika ia tertawa kecil. Ada kegetiran dalam suaranya. "Kau ada di sebelah sana," tiba-tiba aku ingat, dan tawa kecilnya langsung terhenti. "Kau ada di sebelah mobilmu."

Ekspresinya berubah kaku. "Tidak."

"Aku melihatmu." Sekeliling kami kacau. Aku bisa mendengar suara orang-orang dewasa yang lebih keras mendekat. Tapi aku tetap bersikeras mendebatnya; aku benar, dan ia akan mengakuinya.

"Bella, aku sedang berdiri bersamamu, dan aku menarikmu dari sana." Ia menyalurkan kekuatan pandangannya padaku, seolah berusaha memberitahu sesuatu yang penting. "Tidak." Rahangku mengeras.

Warna emas di matanya berkilat-kilat. "Kumohon, Bella."

"Kenapa?" desakku.

“Percayalah padaku," ia memohon, suaranya yang lembut menggodaku.

Aku bisa mendengar suara sirene sekarang. "Maukah kau berjanji menceritakan semuanya nanti?"

 “Ya,” tukasnya, tiba-tiba terdengar putus asa. 

“Oke,” aku mengulanginya dengan nada marah. Butuh enam petugas paramedis dan dua guru—Mr. Varner dan Pelatih Clapp–untuk memindahkan van itu cukup jauh dari kami sehingga tandunya bisa dibawa mendekat. Edward dengan kasar menolak, dan aku berusaha melakukan yang sama, tapi Edward si pengkhianat memberitahu mereka kepalaku terbentur dan mungkin mengalami gegar otak.

Aku nyaris mati karena malu ketika mereka memasang penyangga di leherku. Sepertinya seluruh sekolah ada di sana, menyaksikan ketika mereka mengangkutku ke dalam ambulans. Edward naik di depan. Menjengkelkan. Yang membuat segalanya lebih parah, Kepala Polisi Swan tiba sebelum mereka membawaku pergi dengan selamat.

"Bella!" ia berteriak panik ketika menyadari aku ditandu. "Aku baik-baik saja, Char—Dad," keluhku. "Aku tidak apa-apa.”

Ia beralih ke petugas paramedis di dekatnya untuk menanyakan keadaanku. Aku berusaha tidak mendengarkan karena kepalaku sudah penuh dengan berbagai pertanyaan. Ketika mereka mengangkatku menjauh dari mobil, aku melihat lekukan dalam di bemper mobil cokelat itu—lekukan sangat dalam yang sesuai dengan kontur bahu Edward... seolah-olah ia telah menahan mobil itu dengan tenaga yang bisa merusak bingkai baja itu...

Keluarganya tampak di kejauhan, ekspresi mereka beragam, mulai dari protes sampai marah tapi tak ada sedikit pun kepedulian akan keselamatan saudara mereka. Aku berusaha mencari solusi masuk akal yang bisa menjelaskan apa yang baru saja kulihat—solusi yang menghilangkan asumsi bahwa aku gila.

Tentu saja polisi mengawal ambulans itu menuju rumah sakit wilayah. Aku merasa konyol ketika mereka menurunkan aku. Yang membuatnya lebih buruk, Edward bisa melewati pintu rumah sakit tanpa bantuan sama sekali.

Aku menggertakkan gigiku.

Mereka membawaku ke UGD, ruangan panjang dengan barisan tempat tidur yang dipisahkan oleh tirai berpola warna pastel. Seorang juru rawat meletakkan alat pemeriksa tekanan darah di lenganku dan termometer di bawah lidah. 

Karena tak ada yang bersedia menarik tirai agar aku mendapatkan privasi, kuputuskan aku tak perlu lagi mengenakan penyangga leher bodoh itu. Ketika juru rawat pergi, aku cepat-cepat melepaskan Velcro itu dan melemparnya ke kolong tempat tidur.

Lalu datang pasien lain, sebuah tandu diangkut ke tempat tidur di sebelahku. Aku mengenali Tyler Crowley, temanku di kelas Pemerintahan, balutan perban bernoda darah tampak erat membungkus kepalanya. Tyler kelihatan seratus kali lebih parah daripada yang kurasakan. Ia menatapku waswas.

"Bella, maafkan aku!"

"Aku tidak apa-apa, Tyler—kau tampak buruk, apa kau baik-baik saja?" Ketika kami bicara, para juru rawat mulai melepaskan perban di kepalanya, memperlihatkan luka gores yang jumlahnya banyak di sekujur kening dan pipi kirinya.

Ia mengabaikanku. "Kupikir aku bakal membunuhmu! Aku mengemudi terlalu cepat, dan mobilku selip..." Ia meringis ketika salah seorang juru rawat mengelap wajahnya.

"Jangan khawatirkan itu; kau tidak mengenaiku."

"Bagaimana kau bisa menyingkir secepat itu? Kau ada di sana, lalu kau menghilang..." "Mmm... Edward menarikku."

Ia terlihat bingung. "Siapa?"

"Edward Cullen—dia berdiri di sebelahku." Aku tak pernah pandai berbohong; aku sama sekali tidak terdengar meyakinkan.

Penutup Novel Twilight – Fenomena Bab 14

Gimana Novel twilight – Fenomena Bab 14 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.

 

 

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: