Saturday, August 6, 2022

RICHIE RICH

Cerita yang admin posting ini adalah alur cerita dalam filem richie rich yang tentunya dapat menguras emosi dan anda akan menemukan permusuhan dan peperangan dalam alur cerita ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel atau cerita jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca alur cerita filem richie rich yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi. 

Selamat membaca….

ALUR CERITA “RICHIE RICH”

seorang bangsawan terkaya dan sangat disegani didunia memiliki anak laki-laki pertamanya yang telah lama mereka nantikan, bayi lucu itu diberi nama RICHIE RICH, uang, emas batangan dan harta mewah lainya sudah menjadi mainanya sejak kecil.

waaahhhhh tidak bisa dibayangkan yah guyzz... masih kecil sudah hidup mewahhhh heheheee!!!

sejak kecil richie memiliki asisten pribadi yang berbadan besar, gagah, rapih dan beriwibawa, ia bernama "CADBURY", yang sudah menjadi pelayan keluarga sebelum richie lahir, orang tua richie adalah orang super sibuk karena harus mengurus bisnisnya yang tak terhingga dibeberapa Negara besar di eropa, meskipun begitu ayah richie selalu menyempatkan waktu bermain bersama richie kecil.

RICHIE RICH
richie rich


richie sangat menyukai olahraga, olahraga favoritnya adalah bisbol, tidak tanggung-tanggung richie dilatih oleh pelatih profesional langsung.

diusianya yang masih belasan tahun, richie mempuyanyai jadwal yang sangat padat meskipun sesunguhnya ia masih ingin bermain bisbol, namun ia harus berhenti karena harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan.

dengan helikopter pribadi yang mewah dan hanya ada satu peroduksi di sunia, richie menggantikan ayahnya yang sangat sibuk ditempat lain dan lagi-lagi ayah Richie terus menambah jalar bisnisnya ia membeli pabrik yang telah bangkrut dan sekitar enam ribu pekerja kehilangan pekerjaanya, hari itu richie akan berpidato serta memberi pekerjaan kepada orang-orang yang menganggur.

richie berada diatas panggung dengan gaya yang begitu cool dan sangat percaya diri diusianya yang masih sangat muda mampu berbicara didepan kerumunan orang dewasa, namun ada yang menjanggal pandanganya tiba-tiba tertuju pada segerombolan anak-anak yang sedang bermain bisbol dilapangan sempit disebelah tempat ia berpidato, konsentrasinya terpecah, ia masih tertarik pada anak-anak yang sedang bermail bisbol, selesai berpidato richie langsung menuju lapangan tersebut dengan senang hanya saja langkahnya langsung dihentikan dengan sedikit kasar oleh bodyguardnya dan menyuruh richie kembali ke helikopter.

setelah berada dihelikopter ia merasa begitu sedih, richie masih memandangi anak-anak yang bermain bisbol dari atas, richie benar-benar merasa kesepian meskipun ia memiliki harta yang berlimpah ruah.

Ternyata harta tidak selalu menjamin kebahagiaan yahh guysss… hehehehe…..

pulang kerumah richie disambut ayah dan ibunya, ia sontak berlari memeluk kedua orang tuanya dan mengatakan kepada ibunya ingin mengundang anak-anak yang ia temui dilapangan tadi, belum selesai mengajukan permintaan cadbury langsun meminta richie untuk belajar kimia meskipun richie tidak mau ia terpaksa harus mengikuti jadwalnya.

belajar ilmu kimia, richie diajar langsung professor kedween, diruangan kimia richie diperlihatkan beberapa penemuan-penemuan venomenal yang telah diciptakan oleh professor kedween salah satunya adalah jas anti peluru.

tuan vando paman Richie bertubuh besar, bibir tebal dan hidung yang sedikit bengkok, (ciri-ciri penjahat yah guys…. Wkwkwkw) datang makan malam bersama keluarga richie, ia dan ibunya tidak menyukai tuan vando orang tua richie adalah orang yang sangat dermawan, sebaliknya tuan vando adalah orang yang selalu ingin mendapat keuntungan dan tidak suka berbagi kepada orang yang tidak mampu.

tuan vando dengan sangat pede menawarkan untuk menambahkan sistem keamanan dirumah richie, namun ayah richie menolak dan mengatakan jika semua harta berharga mereka tersimpan diberangkas keluarga, mendengar hal itu tuan vando menjadi begitu penasaran.

dipagi hari richie sudah disibukkan oleh jadwal padatnya ia pergi kesekolah bersama anak-anak bangsawan lainya, richie ingin pergi keluar bersama teman-temanya, sayangnya teman richie begitu sibuk dengan jadwalnya masing-masing dan tidak bisa berkumpul bersama.

Anak bangsawannn… masih kecil sudah padat jadwal, nah kita sudah gede masih nganggur ajaaa wkwkwkw……

didalam mobil seusai richie pulang sekolah, cadbury(asisten) membacakan jadwal-jadwal richie kembali, namun richie benar-benar tidak tertarik dan sudah lelah mengikuti jadwal tersebut, tiba-tiba ia menyuruh sopir pribadinya untuk pergi ketempat lain, teryata richie ingin menemui anak-anak bisbol yang ia lihat sebelumnya, cadbury melarang richie bermain dengan mereka namun richie tidak peduli.

Dengan wajah yang sangat senang richie menyambangi anak-anak itu dan memperkenalkan diri namun mereka malah membulli richie, Richie mengatakan ingin bermain dengan mereka namun anak-anak itu dengan kompak mengatakan "TIDAK MAU".

Richie terus memaksa dan masih meminta untuk memukul bola bestbool, lalu gloria (salah satu anak besbol perempuan) menawarkan taruhan sepuluh dollar, richie pun menerima tawaran dan mengeluarkan uang hingga mereka syok melihat begitu banyak uang disaku richie.

mereka sangat percaya diri bisa mengalahkan richie dengan mudah taruhanpun dimulai, gloria melempar bola, pukulan richie meleset hingga terjatuh hingga anak-anak itu menertawakannya, lemparan kedua masih dilakukan oleh gloria, kali ini richie memukul bola dengan keras hingga bola tersebut terlempar sangat jauh cadburi yang memantau diluar lapangan pun sangat senang melihatnya.

richie pun mengundang anak-anak tersebut untuk datang kerumahnya, gloria meminta teman-temanya untuk memberikan uang taruhanya kepada richie, namun richie tidak tertarik dan menolak uang itu, anak-anak itu pun memaksa richie menerima uangnya dan mengusir richie dari tempat itu.

richie begitu sedih ia pergi tanpa mengambil uang taruhan tersebut, catbury dapat merasakan kesedihan richie yang ditolak mentah-mentah untuk berteman oleh anak itu.

bodyguard richie menaruh sebuah kado merah dipesawat pribadi richie yang akan pergi kepertemuan kerajaan, ibu richie menanyakan kepada cadbury mengapa richie terlihat begitu sedih, cadbury menceritakan tentang anak-anak dilapangan bisbol yang menolak berteman dengan richie, cadbury menyarankan kepada ibu richie agar tetap tinggal dirumah daripada menghadiri pertemuan yang sangat membosankan.

cadbury mengundang anak-anak bisbol tersebut serta ibu gloria datang keruamah richie sebagai kejutan untuk richie, ketika melihat mereka richie pun terlihat senang dan terhibur. mereka semua diajak makan siang, ternyata richie memiliki mcdonald pribadi, mereka pun bersenang-senag dengan semua fasilitas komplit dan permainan yang ada dirumah richie.

di kantor, tuan vando sudah merencanakan hal buruk kepada keluarga richie, ayah richie mengendarai pesawatnya sendiri, ia ingin memakan coklat ia mencari kado yang berisikan coklat, lalu ia pun mengambil salah satu kado merah yang didimpan oleh bodyguard richie lalu membuka kado tersebut, ternyata kado itu berisikan bom, ia pun panik dan segera membuangnya keluar namun bom tersebut meledak dan mengenai sayap belakang pesawat hingga terjatuh.

sementara itu vando merayakan kejadian teragis yang akan terjadi pada keluarga richie karena ialah yang merencanakan itu semua.ibu gloria terlihat akrap dengan cadbury, setelah bersenang-senang mereka pun masuk kedalam mobil salah satu teman gloria maminta uang seratus dollar yang dijanjikan oleh cadbury untuk mereka datang kerumah richie.

gloria mengatakan tidak ada perjanjian sama sekali, ia pun berterimah kasih kepada richie dan mereka berlalu pergi catbury meminta maaf kepada richie, tiba-tiba salah satu pelayan memanggil catbury dan sepertinya membicarakan hal yang sangat serius, richie dan catbuty langsung berlari keruangan diaman terdapat satelit yang dapat melacak keberadaan ayah dan ibunya, sayangnya sistem tersebut tidak bisa melacak keberadaan orang tua richie untuk saat ini.

bodyguard richie yang berkhianat masuk keruangan tuan vando, ia melaporkan ternyata richie tidak ikut dalam pesawat tersebut, dengan enteng tuan vando menyepelekan richie dan menganggap bisa menyingkirkan richie dengan mudah.

semua pasukan angkatan darat dan laut dikerahkan untuk mancari keberadaan orang tua richie namu mereka masih belum bisa ditemukan, meskipun begitu richie yakin orang tuanya masih hidup. dan benar saja orang tua richie masih bertahan mereka berada diperahu karet ditengah laut.

setelah orang tua richie tau bahwa tuan vandolah yang merencanakan ini semua dan mereka khawatir atas keselamatan richie.

dikantor, tuan vando bersikap seolah-olah bahwa ialah sekarang yang mengusai semua perusahaan keluarga richie, tanpa diduga richie datang kekantor untuk menemui tuan vando, richie berkata ia cuti sekolah untuk sementara waktu dan akan mengurus perusahaan sampai orang tuanya kembali.

richie mengambil kebijakan-kebijakan yang sangat bertentangan dengan keinginan tuan vando namun hal itu membuat richi menjadi terkenal. teman-teman richie datang ke kantor richie, gloria ingin berkata bahwa ia ingin meminta maaf kepada richie namun resepsionis terlalu sibuk dengan telponya dan enggan menghiraukan anak-anak itu, salah satu teman gloria membuat kekacauan dengan merusak mesin karet hingga resepsionis itu mencoba unyuk menghentikanya hingga terpeleset dan terjatuh.

merekapun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera menerobos masuk kekantor richie, richie pun langsung mengangkat teman-temanya menjadi tim riset pengembangan perusahaan.

didalam rapat richie mengatakan setelah tim riset mengecek rasa dalam coklatnya mereka berkesimpulan bahwa harus meningkatkan komposisi kacang didalam coklat tersebut, hal iti menyebapkan tuan vando sangat marah dan frustasi dengan kebijakan yang dibuat oleh richie.

dalam ruang rapat tiba-tiba polisi datang menangkap cadbury karena menemukan bom dan alat datonator didalam kamar catbury.

disiaran berita dikatakan jika pengadilan mengabulkan tuan vando sebagai penjaga legal untuk richie dan semua pegawai yang bekerja dengan orang tua richie dipecat oleh tuan vando dengan alasan keamanan dan keselamatan richie.

richie masih mencoba untuk menemukan ayahnya namun sistem masih belum dapat melacak keberadaan orang tuanya, lalu bodyguard memasang kamera pengawas dirungan richie dan tidak diperbolehkan untuk pergi perusaanya lagi karena sekarang tuan vando akan mengurus segalanya.

didalam lab professor kinwin mendengar semua percakapan antara tuan vando dan bodyguard richie yang berkhianat itu. profesor kinwin memberi tahu kepada richie tentang rencana busuk tuan vando dan bodyguardnya lalu merancang rencana untuk membebaskan catbury dari enjara.

richie datang kekantor polisi, ia mengatakan ingin menemui pamanya dan memberikan barang bawaan untuk pamanya tersebut.

didalam kamar madi catbury akan dibunuh oleh orang suruhan tuan vando untungnya catbury mampu mengalahkan penjahat tersebut.

catbury pun kabur menggukanan pasta gigi yang diciptakan professor kinwin berguna untuk melelehkan besi penjara hingga brhasi keluar dari sana.

tuan vando tau jika catbury berhasil kabur dari penjara berkat batuan professor kinwin, professor kinwin pun diikat dikursi.richie datang kerumah gloria untuk meminjam komputernya, ditengah laut ayah richie mencoba memperbaiki alat pelacak dirinya hingga ia berhasil memperbaiki alat tersebut.

richie pun dapat mengakses mesin pelacak orang tuanya melalui komputer gloria namun penjaga cctv melihatnya dan langsung memberitahu bodyguard penghianat itu. ia berlari keruangan richie dan mencabut koneksi sinyal hingga richie tida dapat mengakses mesin pencaria tersebut, richie semakin yakin orang tuanya masih hidup.

ditengah laut, orang tua richie meliaht kapal yang datang menghampiri ia pun begitu senang karena akan terselamatan. dirumah richie ian dan teman-temanya masuk dan menyelinap mereka mulai menyernag penjaga dirumah tersebut lalu masuk keruangan lab lewat pintu rahasia dan menyelamatkan professor kinwin yang diikat dikursi.

professor kinwin mencoba mengalihkan perhatia penjaga rumah, sementara teman richie yang lain mencabut kabel untuk mematikan cctv hingga richie masuk keruanganya tanpa diketahui, namun ternyata tuan vando sudah masuk kesana bersama orang tua richie yang terikat dikasur.

teman-teman richie dan ibu gloria tertangkap oleh penjaga, tuan vando ternyata mengincar berangkas besi tepat penyimpana harta kekayaan keluarga richie, ayah richie pun terpaksa memberi tahu keberadaan berangkas tersebut kepada tuan vando.

tuan vando membuka tirai, dan sangat terkejut meyaksikan gunung richmore yang merupakan berangkas keluarga richie,(waaahhh berangkas gunung??? Berapa banyak yah harta yang disimpan didalamnya…..???) tuan vando pun memaksa orang tua richie membuka berangkas gunung tersebut, sementara richie dan teman-temanya dikurung dalam kandang besi, untungnya professor kinwin masih berada disana dan brhasi menyelamatkan richie dan teman-temanya, richie pun menyusul orang tuanya ke gunung berangkas.

setelah tuan vando masuk kedalam gunung berangkas tersebut, ia tidak menemukan harta yang ia inginkan namun disana terdapat barang-barang kenangan masalalu orang tua richie dan barang-barang richie sejak kecil hingga ia pun kesal, dan menyuruh pengawal untuk menembak kedua orang tua richie, untungya richie sudah berada disana, tuan vando pun menembak richie beberapa kali, tuan vando tidak tau jiak richie memakai baju anti peluruh yang dirancang professor kedween.

mereka berhasil mengalahkan tuan vando dan pengawalnya hingga mereka mencoba untuk kabur melaluilift luar, bodyguard penghianat itu menembakkan laser kearaah orang tua richie dan catbury datang dari arah belakang bodyguard tersebut lalu memukulnya dari belakang,belum berakhir, tuan vando masih terus memburu richie menaiki tangga untuk menembak richie yang ada di lift luar, untungnya pistol itu kehabisan peluru, richie pun menendan ujung tangga itu hingga terjatuh bersama tuan vando.

kakinya terikat tali ia meminta pertoongan kepada ayah richie, namun ibu richie bergegas menonjoknya.dipenghujung cerita, tuan vando dan bodyguard itu diberi hukuman sebagai tukang kebun dirumah richie, mereka diawasi ketat oleh polisi sementara orang tua richie sangat bahagia karena sekarang richie mempunyai teman bistbol baru yang tulus dan menyayangi richi, dan ceritapun selesai.

Usai sudah cerita filem Richie rich yang mimin persembahkan kali ini, semoga memberi manfaat dan hiburan bagi anda yang setia membaca sampai akhir hehehe…. Dan tak lupa juga admin mengingatkan bahwa jangan lupa untuk senang tiasa mengunjungi whitenovel.cakkeware.com dihalaman ini admin menyajikan berbagai macam novel geratis dan cerita menarik lainya.

Tuesday, March 22, 2022

Bab 138 Novel Twilight (NEW MOON) – EPILOG—KESEPAKATAN - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 138 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 138

Aku yang pertama bersuara; suaraku gemetar.

"Sialan." Ekspresi marah Jacob sedikit melunak.

"Aku benar-benar minta maaf soal itu," gumamnya.

"Aku harus melakukan apa yang bisa kulakukan—aku harus berusaha..."

“Trims." Suaraku yang bergetar menghancurkan kesinisanku. Aku melayangkan pandang ke ujung jalan setapak, setengah berharap Charlie menghambur menerobos semak-semak basah seperti banteng mengamuk. Aku akan menjadi bendera merahnya di skenario itu.

"Satu hal lagi," kata Edward padaku, kemudian ia berpaling kepada Jacob.

“Kami tidak menemukan jejak Victoria di wilayah kami – kalian sendiri bagaimana?"

Novel Twilight (NEW MOON)


Edward langsung tahu jawabannya begitu Jacob memikirkannya, tapi Jacob tetap menyuarakannya.

"Terakhir kalinya adalah waktu Bella... pergi. Kami biarkan saja dia mengira dia berhasil menerobos pertahanan kami—lalu kami mempersempit lingkaran, bersiap-siap menyerangnya..." Punggungku bagaikan disiram air es.

"Tapi kemudian dia melesat pergi seperti kelelawar melesat keluar dari neraka. Sepanjang yang bisa kami duga, dia cium bau adik perempuanmu dan langsung kabur. Sejak dia belum kembali mendekati tanah kami."

Edward mengangguk. "Kalau dia kembali, dia bukan masalah kalian lagi. Kami akan"

"Dia membunuh di wilayah kami," desis Jacob.

"Dia milik kami!"

"Tidak," aku mulai memprotes pernyataan mereka.

"BELLA! AKU MELIHAT MOBILNYA JADI AKU TAHU KAU ADA DI SANA! KALAU KAU TIDAK MASUK KE RUMAH DALAM SATU MENIT..!"

Charlie tidak menyelesaikan ancamannya.

"Ayo," ajak Edward.

Aku menoleh kepada Jacob, terbagi-bagi.

Apakah aku akan melihatnya lagi? "Maaf," bisik Jacob pelan sekali sehingga aku baru mengerti setelah membaca gerak bibirnya.

"Bye, Bells.

"Kau sudah berjanji," aku mengingatkannya dengan sedih.

"Masih berteman, kan?" Jacob menggeleng lambat-lambat, dan gumpalan di tenggorokanku nyaris mencekikku.

"Kau tahu betapa sulitnya aku sudah berusaha menepati janji itu, tapi... aku tidak tahu bagaimana aku bisa terus mencobanya. Tidak sekarang..." Jacob berusaha keras mempertahankan mimik wajahnya yang seperti topeng, tapi mimik itu goyah kemudian lenyap.

"Aku kehilangan kau, mulutnya bergerak-gerak tanpa suara. Sebelah tangannya terulur padaku, jari-jarinya membentang, seolah berharap jari-jari itu cukup panjang untuk menjembatani jarak yang membentang di antara kami.

"Aku juga," ujarku tercekat.

Tanganku terulur ke arahnya melintasi jarak yang lebar. Seolah terhubung, gema kepedihan hati Jacob memilin hatiku. Kesedihannya adalah kesedihanku juga.

"Jake..." Aku maju selangkah menghampirinya. Ingin rasanya aku memeluk pinggangnya dan menghapus ekspresi sedih di wajahnya. Edward menarikku lagi, lengannya menahan, bukan melindungi.

"Tidak apa-apa," aku meyakinkan Edward, mendongak untuk membaca wajahnya dengan sorot percaya di mataku. Ia pasti mengerti. Mata Edward tak bisa dibaca, wajahnya tanpa ekspresi. Dingin.

"Tidak, itu tidak benar."

"Lepaskan dia," geram Jacob, kembali marah.

"Dia ingin lepas!” Jacob maju dua langkah lebarlebar.

Kilatan antisipasi terpancar dari matanya. Dadanya seolah menggelembung saat ia bergetar. Edward mendorongku ke belakang punggungnya, berputar menghadapi Jacob.

"Tidak! Edward—!"

"ISABELLA S WAN!"

"Ayolah! Charlie marah!" Suaraku panik, tapi bukan karena Charlie sekarang.

"Cepatlah!" Kutarik-tarik tangan Edward dan ia sedikit rileks. Ditariknya aku kembali pelan-pelan, matanya terus tertuju kepada Jacob sementara kami mundur.

Jacob mengawasi kami dengan seringaian marah menghiasi wajahnya yang getir. Sorot antisipasi tadi surut dari wajahnya, kemudian, tepat sebelum hutan memisahkan kami, wajahnya tiba-tiba berkerut menahan sakit.

Aku tahu pemandangan wajahnya yang terakhir itu akan terus menghantuiku sampai aku melihatnya tersenyum lagi.

Dan saat itulah aku bersumpah bahwa aku akan melihatnya tersenyum, dan itu tidak lama lagi. Aku akan mencari jalan untuk mempertahankan temanku.

Edward tetap merangkul pinggangku, mendekapku erat-erat. Hanya itu yang membuat air mataku tidak tumpah.

Aku punya banyak persoalan serius.

Sahabatku menganggapku musuh. Victoria masih berkeliaran, membahayakan semua orang yang kusayangi.

Kalau aku tidak segera menjadi vampir, keluarga Volturi akan membunuhku.

Dan kini, sepertinya bila aku berubah, para werewolf Quileute juga akan melakukan hal yang sama—selain berusaha membunuh keluarga masa depanku juga. Sebenarnya menurutku mereka tidak bakal berhasil, tapi apakah sahabatku akan tewas dalam usahanya melakukan hal itu?

Benar-benar persoalan yang sangat serius. Jadi kenapa semua masalah itu mendadak terasa sangat tidak signifikan saat kami menerobos keluar dari pepohonan dan aku melihat ekspresi di wajah Charlie yang ungu?

Edward meremasku lembut. "Tenang, ada aku.” Aku menarik napas dalam-dalam.

Itu benar. Ada Edward di sini, dengan kedua lengannya memelukku.

Aku sanggup menghadapi apa pun juga, selama ada dia. Kutegakkan bahuku dan berjalan maju menyongsong nasib, takdirku berjalan mantap mengiringiku.

Penutup Novel Twilight (New Moon)EPILOG—KESEPAKATAN Bab 138

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KESEPAKATAN Bab 138 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Bab 137 Novel Twilight (NEW MOON) – EPILOG—KESEPAKATAN - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 137 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 137

Mata Jacob menyala-nyala oleh kebencian saat ia me berengut marah pada Edward.

"Aduh, Jake!" erangku.

"Aku memang sudah dihukum! Memangnya kaukira kenapa aku tidak ke La Push dan menendang bokongmu karena kau tidak mau menerima teleponku?" Mata Jacob berkelebat ke arahku, untuk pertama kalinya tampak bingung.

"Jadi karena itu?" tanyanya, kemudian ia mengunci mulut rapat-rapat, seperti menyesal telah kelepasan bicara.

"Dia kira akulah yang tidak mengizinkan, bukan Charlie," Edward menjelaskan lagi.

"Hentikan," bentak Jacob.

Edward tidak menanggapi. Jacob bergetar hebat, kemudian ia menggertakkan giginya sekeras kepalan tangannya.

"Ternyata Bella tidak melebih-lebihkan waktu dia bercerita tentang... kemampuanmu," katanya dari sela-sela giginya.

"Jadi kau pasti sudah tahu kenapa aku datang ke sini"

"Benar," jawab Edward lirih.

"Tapi, sebelum kau mulai, aku perlu mengatakan sesuatu." Jacob menunggu, membuka dan menutup telapak tangannya sementara berusaha mengendalikan getaran tubuhnya yang merayapi kedua lengan.

Novel Twilight (NEW MOON)


"Terima kasih," ucap Edward, dan suaranya bergetar karena ketulusan hatinya.

"Aku tidak akan pernah bisa mengungkapkan betapa besarnya rasa terima kasihku padamu. Aku berutang budi padamu sepanjang sisa... eksistensiku”. Jacob menatapnya dengan pandangan kosong getaran tubuhnya langsung berhenti. Ia melirik cepat ke arahku, rapi raut wajahku sama bingungnya.

"Karena kau telah menjaga Bella," Edward mengklarifikasi, suaranya parau dan bersungguhTiraikasih sungguh.

"Saat aku... tidak ada untuk menjaganya."

"Edward" aku membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Edward mengangkat sebelah tangan, matanya tertuju kepada Jacob. Ekspresi mengerti menyapu wajah Jacob sesaat sebelum topeng keras itu kembali.

"Aku tidak melakukannya untukmu.”

“Aku tahu. Tapi itu tidak menghapus perasaan terima kasih yang kurasakan. Kurasa kau perlu tahu. Seandainya ada yang bisa kulakukan untukmu, selama itu masih dalam kekuasaanku..." Jacob mengangkat sebelah alisnya yang hitam. Edward menggeleng.

"Aku tidak punya kuasa dalam hal itu.”

"Kuasa siapa, kalau begitu?" geram Jacob.

Edward menunduk menatapku.

"Kuasanya. Aku cepat belajar, Jacob Black, jadi aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama dua kali. Aku akan tetap di sini sampai dia menyuruhku pergi." Sejenak aku terhanyut dalam tatapan mata emasnya.

Tidak sulit memahami bagian percakapan yang tak bisa kudengar itu. Satusatunya yang diinginkan Jacob dari Edward adalah pergi dari sini.

“Tidak akan," bisikku, mataku masih terpaku pada mata Edward.

Jacob membuat suara seperti mau muntah.

Dengan enggan kualihkan tatapanku dari mata Edward, memandang Jacob dengan kening berkerut.

"Ada hal lain yang kubutuhkan, Jacob? Kau ingin aku kena masalah – misimu sudah tercapai. Bisa jadi Charlie akan mengirimku ke sekolah militer. Tapi itu tidak akan bisa membuatku menjauhi Edward. Tidak ada yang bisa melakukan hal itu. Jadi, apa lagi yang kauinginkan?" Jacob tak mengalihkan tatapannya dari Edward.

"Aku hanya perlu mengingatkan teman-temanmu yang suka mengisap darah itu tentang beberapa poin penting dalam kesepakatan yang telah mereka sepakati. Hanya karena perjanjian itulah aku tidak mengoyak-ngoyak leher mereka saat ini juga."

"Kami belum lupa," sergah Edward, dan pada saat yang bersamaan aku menuntut,

"Poin-poin penting apa?" Jacob masih memandang Edward garang, tapi ia menjawab pertanyaanku.

"Kesepakatan itu sangat spesifik. Kalau salah seorang di antara mereka menggigit manusia, gencatan senjata berakhir. Menggigit, bukan membunuh," ia menekankan.

Akhirnya, ia menatapku. Sorot matanya dingin. Detik ini juga aku menangkap maksudnya, kemudian wajahku berubah sedingin wajahnya.

"Itu sama sekali bukan urusanmu."

"Enak saja—" hanya itu yang sanggup dilontarkan Jacob.

Aku tidak mengira jawabanku yang terburuburu akan mendatangkan respons sekeras itu.

Meski datang untuk menyampaikan peringatan itu, Jacob pasti tidak tahu. Ia pasti mengira peringatan itu hanya sebagai tindakan pencegahan. Ia tidak sadar – atau tidak mau percaya – bahwa aku telah menentukan pilihan.

Bahwa aku benar-benar berniat menjadi anggota keluarga Cullen. Jawabanku membuat Jacob nyaris kejangkejang. Ia menempelkan tinjunya kuat-kuat ke pelipis, memejamkan mata rapat-rapat dan membungkuk seperti berusaha mengendalikan entakan-entakan tubuhnya. Wajahnya berubah hijau ke-kuningan di balik kulitnya yang cokelat kemerahan.

“Jake? Kau baik-baik saja?" tanyaku cemas.

Aku maju setengah langkah menghampirinya, tapi Edward menyambar tubuhku dan menarikku dengan kasar ke belakangnya.

"Hati-hati! Dia tidak bisa menguasai diri,” ia mengingatkanku. Tapi entah bagaimana Jacob sudah bisa menguasai diri; hanya kedua lengannya yang gemetar sekarang. Ia merengut menatap Edward dengan kebencian menyala-nyala.

"Ugh, Aku takkan mungkin menyakitinya." Perubahan tekanan dalam kalimat Jacob barusan tidak luput dari perhatian Edward maupun aku, begitu juga dengan tuduhan yang tersirat di dalamnya.

Desisan pelan terlontar dari bibir Edward. Refleks Jacob mengepalkan tinjunya.

"BELLA!" raungan Charlie membahana dari arah rumah.

"MASUK KE RUMAH SEKARANG JUGA!"

Kami langsung membeku, mendengarkan kesunyian yang mengikutinya.

Penutup Novel Twilight (New Moon)EPILOG—KESEPAKATAN Bab 137

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KESEPAKATAN Bab 137 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Bab 136 Novel Twilight (NEW MOON) – EPILOG—KESEPAKATAN - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 136 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 136

"Aku akan berusaha... sekuat tenaga... untuk tidak melakukannya," kata Edward akhirnya.

 Kutatap ia dengan mulut ternganga lebar, tapi Edward tetap memandang lurus ke depan. Kami berhenti sebentar di depan tanda stop di pojok jalan.

Mendadak, aku ingat apa yang terjadi pada Paris ketika Romeo kembali. Pengarahan adegannya sederhana: Mereka bertarung. Paris kalah. Tapi ini konyol. Mustahil.

"Well" ujarku, menarik napas dalam-dalam, menggeleng untuk mengenyahkan kata-kata itu dari benakku.

"Hal seperti itu takkan pernah terjadi, jadi tidak ada alasan untuk mengkhawatirkannya. Dan kau tahu Charlie sedang memelototi jam sekarang. Sebaiknya cepat antar aku pulang sebelum aku dapat masalah lagi gara-gara pulang terlambat."

Aku menengadah padanya, tersenyum setengah hati.

Novel Twilight (NEW MOON)


Setiap kali menatap wajah Edward, wajah yang luar biasa sempurna itu, jantungku berdebar keras, kencang, dan sangat terasa dalam dadaku.

Kali ini debaran itu berpacu lebih cepat dari pada biasanya. Aku mengenali ekspresinya yang membeku seperti patung itu.

"Kau memang akan dapat masalah lagi, Bella," bisiknya dari sela-sela bibirnya yang tidak bergerak.

Aku bergeser lebih dekat, mencengkeram lengan Edward sambil mengikuti arah pandangnya. Entah apa yang kukira bakal kulihat—mungkin Victoria berdiri di tengah jalan, rambut merah menyalanya berkibar-kibar ditiup angin, atau sederet makhluk

tinggi berjubah hitam... atau sekawanan werewolf yang marah. Tapi aku tidak melihat apa-apa.

"Apa? Ada apa?"

Edward menghela napas dalam-dalam.

"Charlie..."

"Ayahku?" pekikku. Lalu Edward menunduk menatapku, dan ekspresinya cukup tenang hingga mampu meredakan sedikit kepanikanku.

"Charlie... mungkin tidak akan membunuhmu, tapi dia sedang berpikir-pikir untuk melakukannya," Edward memberitahu. Ia mulai menjalankan mobilnya, memasuki jalan rumahku, tapi melewati rumahku dan memarkir mobilnya di pinggir pepohonan.

"Memangnya aku melakukan kesalahan apa?" tanyaku terkesiap.

Edward menoleh ke belakang, ke arah rumah Charlie. Aku mengikuti arah pandangnya, dan melihat untuk pertama kalinya benda yang terparkir di jalan masuk, persis di sebelah mobil patroli ayahku. Mengilat, warnanya merah terang, mustahil terlewatkan. Motorku, berdiri gagah di sana.

Kata Edward tadi, Charlie sudah siap membunuhku, jadi ia pasti sudah tahu – bahwa sepeda motor itu milikku. Hanya ada satu orang di balik pengkhianatan ini.

"Tidak!" seruku kaget.

"Mengapa? Mengapa Jacob tega melakukan ini padaku?" Perasaan sakit karena dikhianati melanda hatiku. Padahal aku sangat percaya pada Jacob saking percayanya sampai aku menceritakan semua rahasiaku padanya. Seharusnya ia menjadi pelabuhan yang aman bagiku  orang yang selalu bisa kuandalkan.

Tentu saja hubungan kami saat ini sedang renggang rapi aku tidak mengira fondasi dasar hubungan kami telah berubah. Kusangka itu tidak bisa berubah!

Kesalahan apa yang kulakukan sehingga pantas diganjar seperti ini? Charlie bakal sangat marah dan lebih daripada itu, ia akan merasa sakit hati dan cemas. Apakah bebannya selama ini masih belum cukup? Tak pernah terbayang olehku Jake bisa begitu licik dan keju Air mataku merebak, terasa perih di mataku, tapi itu bukan air mata kesedihan.

Aku telah dikhianati. Tiba-tiba saja aku sangat marah sampai kepalaku berdenyut-denyut seperti mau meledak.

"Dia masih di sini?" desisku.

"Ya. Dia menunggu kita di sana," Edward memberi tahuku, mengangguk ke jalan setapak yang membelah pepohonan hutan yang rapat menjadi dua.

Aku melompat turun dari mobil, menghambur ke arah pepohonan dengan kedua tangan sudah mengepal, siap meninju.

Mengapa Edward harus lebih cepat daripada aku?

Ia sudah menyambar pinggangku sebelum aku sampai di jalan setapak itu.

"Lepaskan aku! Biar kubunuh dia! Dasar pengkhianat!” Aku meneriakkan makian itu ke arah pepohonan.

"Nanti Charlie dengar,” Edward mengingatkanku.

"Dan kalau dia sudah menyuruhmu masuk, dia bakal membeton pintunya, mencegahku masuk." Aku melirik ke arah rumah, dan sepertinya hanya sepeda motor merah mengilap itu saja yang tampak olehku. Aku marah sekali. Kepalaku berdenyut-denyut lagi.

"Beri aku kesempatan bicara sekali saja dengan Jacob kemudian aku akan menemui Charlie." Siasia saja aku memberontak minta dilepaskan.

"Jacob Black ingin bertemu denganku. Karena itulah dia masih di sini."

Aku langsung kaget—aku serta-merta berhenti meronta-ronta. Kedua tanganku terkulai lemas.

Mereka bertarung; Paris kalah.

Aku memang marah, tapi tidak semarah itu.

"Bicara?" tanyaku.

"Kurang-lebih begitu."

"Lebihnya bagaimana?" Suaraku bergetar. Edward merapikan rambutku yang jatuh di sekitar wajah.

"Jangan khawatir, kedatangannya ke sini bukan untuk berkelahi denganku. Dia bertindak sebagai... juru bicara bagi kawanannya."

"Oh."

Edward menengok lagi ke arah rumah, mempererat rangkulannya di pinggangku, lalu menarikku ke arah hutan. "Kita harus bergegas. Charlie sudah mulai tidak sabar."

Kami tidak perlu pergi terlalu jauh; Jacob sudah menunggu tak jauh dari situ. Ia menunggu sambil bersandar di pohon berlumut, wajahnya keras dan getir, persis yang kubayangkan. Ia menatapku, kemudian Edward. Mulut Jacob menyeringai membentuk seringaian sinis, dan ia bergeser menjauh dari tempatnya bersandar.

Ia berdiri bertumpu pada bagian belakang kakinya yang telanjang, agak condong ke depan, mengepalkan kedua tangannya yang gemetar. Ia tampak lebih besar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Entah bagaimana, meski rasanya mustahil, ia masih terus bertumbuh. Tubuhnya akan menjulang melebihi Edward, kalau mereka berdiri bersisian.

Tapi Edward langsung berhenti berjalan begitu kami melihat Jacob, menyisakan jarak yang cukup lebar di antara kami dan Jacob. Edward sengaja memosisikan tubuhnya begitu rupa sehingga aku berada di belakangnya. Aku menjulurkan badan melewati rubuhnya supaya bisa menatap Jacob— menuduhnya dengan mataku.

Tadinya aku mengira dengan melihat ekspresi Jacob yang sinis dan penuh kebencian akan membuatku semakin marah. Tapi ternyata aku malah teringat saat terakhir kali melihatnya, dengan air mata berlinang. Amarahku melemah, menggeletar, sementara aku menatap Jacob. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya— aku tidak suka reuni kami harus terjadi seperti ini

"Bella," kata Jacob sebagai salam, mengangguk satu kali ke arahku tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Edward.

"Kenapa?" bisikku, berusaha menyembunyikan suara tercekat di kerongkonganku.

"Tega-teganya kau berbuat begini padaku, Jacob?" Seringaian sinis itu lenyap, namun wajahnya tetap keras dan kaku.

"Ini yang terbaik."

“Apa maksud perkataanmu itu? Memangnya kau ingin Charlie mencekikku? Atau kau ingin dia kena serangan jantung, seperti Harry? Tak peduli betapapun marahnya kau padaku, tega-teganya kau melakukan ini padanya?"

Jacob meringis, alisnya bertaut, tapi ia tidak menjawab.

“Dia tidak ingin menyakiti siapa pun—dia hanya ingin kau dihukum, sehingga kau tidak diizinkan menghabiskan waktu denganku," gumam Edward, menjelaskan pikiran yang tak ingin diutarakan Jacob.

Penutup Novel Twilight (New Moon)EPILOG—KESEPAKATAN Bab 136

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KESEPAKATAN Bab 136 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Bab 135 Novel Twilight (NEW MOON) – EPILOG—KESEPAKATAN - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 135 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 135

EPILOG—KESEPAKATAN

HAMPIR semuanya kembali normal—normal seperti sebelum masa ini, ketika aku berkeliaran laksana mayat hidup dalam tempo sangat cepat, lebih daripada yang kuyakini bisa terjadi. Rumah sakit menerima Carlisle kembali dengan tangan terbuka, bahkan tidak merasa perlu menutupi kegembiraan mereka bahwa Esme tidak terlalu suka tinggal di LA.

Gara-gara aku tidak ikut ulangan Kalkulus karena harus pergi ke luar negeri waktu itu, nilai Alice dan Edward saat ini lebih bagus daripada aku untuk bisa lulus SMA. Tibatiba kuliah menjadi prioritas (kuliah masih tetap merupakan rencana B, untuk jaga-jaga siapa tahu tawaran Edward membuatku batal mengambil pilihan melakukannya dengan Carlisle sesudah lulus).

Sudah banyak tenggat waktu pendaftaran yang kulewatkan, tapi Edward menyodorkan setumpuk formulir baru untuk kuisi setiap hari. Ia sudah mengembalikan berkas pendaftarannya ke Harvard, jadi tidak masalah baginya bila, gara-gara aku terlalu banyak berleha-leha, kami terdampar di Peninsula Community College tahun depan.

Novel Twilight (NEW MOON)


Charlie agak marah padaku, dan ia juga mendiamkan Edward. Tapi setidaknya Edward diizinkan – selama jam berkunjung yang sudah ditentukan masuk ke rumah lagi. Tapi aku tidak diizinkan keluar dari sana.

Aku hanya boleh keluar untuk bersekolah dan bekerja, jadi dinding-dinding kelasku yang berwarna kuning kusam mendadak terasa begitu mengundang bagiku. Itu berhubungan erat dengan orang yang duduk di meja di sebelahku.

Edward mengambil jadwalnya yang lama, jadi ia sekelas denganku di hampir semua pelajaran. Kelakuanku begitu aneh, sejak keluarga Cullen "pindah" ke LA, sehingga tak ada yang mau duduk di sampingku. Bahkan Mike, yang dulu selalu bersemangat memanfaatkan setiap kesempatan, sekarang pun seperti menjaga jarak. Dengan kembalinya Edward, delapan bulan terakhir nyaris bagaikan mimpi buruk yang mengganggu.

Nyaris, meski tidak persis seperti itu. Salah satunya, karena sekarang aku dihukum tidak boleh keluar rumah. Dan alasan lain, sebelum musim gugur waktu itu, aku tidak bersahabat dengan Jacob Black. Jadi, tentu saja, waktu itu aku belum merasa kehilangan dia.

Aku tidak bisa pergi ke La Push, dan Jacob tidak mau datang menemuiku. Ia bahkan tidak mau menerima teleponku.

Kebanyakan aku menelepon ke sana malammalam, setelah Edward diusir – jam sembilan tepat oleh Charlie yang meski muram tapi tampaknya sangat senang bisa mengusir Edward – dan sebelum Edward menyusup kembali ke kamarku lewat jendela setelah Charlie tidur.

Aku sengaja memilih waktu itu untuk melakukan panggilan yang sia-sia ini karena kulihat Edward selalu mengernyitkan muka setiap menyebut nama Jacob. Seperti tidak suka dan waswas... mungkin bahkan marah. Kurasa itu karena Edward juga punya prasangka buruk terhadap werewolf, walaupun tidak sevokal Jacob terhdap

"para pengisap darah”. Jadi. aku jarang menyebut-nyebut nama Jacob. Dengan Edward di dekatku, sulit memikirkan hal-hal yang tidak membahagiakan – bahkan memikirkan mantan sahabatku, yang saat ini mungkin sedang sangat tidak bahagia, gara-gara aku. Kalaupun aku memikirkan Jake, aku selalu merasa bersalah karena tidak sering memikirkan dia.

Dongeng itu sudah kembali. Sang pangeran sudah kembali, dan kutukan jahat dilenyapkan. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap karakter lain yang tertinggal dan tidak ikut bahagia. Apakah kisah ini juga akan berakhir bahagia selamanya untuk dia?

Minggu-minggu berlalu, dan Jacob masih tidak mau menjawab teleponku. Hal ini mulai membuatku terus-menerus khawatir. Seperti keran bocor di belakang kepalaku yang tidak bisa kumatikan atau kuabaikan. Tes, tes, tes. Jacob, Jacob, Jacob.

Jadi, meski jarang menyebut-nyebut nama Jacob, terkadang perasaan frustrasi dan gelisahku meluap juga.

"Benar-benar brengsek!" aku mengomel panjangpendek pada Sabtu siang saat Edward menjemputku dari tempat kerja.

Lebih mudah melampiaskan amarah daripada merasa bersalah.

"Ini sama saja dengan menghina!"

Aku sudah mencoba segala cara, dengan harapan mendapat respons berbeda. Kali ini aku mencoba menelepon Jake dari tempat kerja, tapi teleponku dijawab Billy yang sama sekali tidak bisa membantu. Lagi-lagi.

"Kata Billy, Jacob tidak mau bicara denganku," aku meradang, memelototi hujan yang mengalir membasahi jendela mobil.

“Masa dia ada di sana, tapi tidak mau berjalan tiga langkah saja untuk menerima telepon! Biasanya Billy hanya mengatakan Jacob keluar, sibuk, tidur, atau semacamnya Maksudku, bukan berarti aku tidak tahu dia bohong padaku tapi paling tidak cara itu masih lebih sopan. Kurasa Billy juga benci padaku sekarang. Tidak adil!"

"Bukan begitu, Bella," ucap Edward tenang.

"Tidak ada yang benci padamu."

"Rasanya seperti itu," gerutuku, melipat kedua lengan di dada.

Sekarang itu hanya kebiasaan yang sulit diubah. Tidak ada lagi lubang di dadaku kini—aku bahkan sudah nyaris tidak ingat perasaan hampa yang pernah kurasakan.

"Jacob tahu kami sudah kembali, dan aku yakin dia tahu pasti aku bersamamu," jelas Edward.

"Dia tidak mau dekat-dekat denganku. Permusuhan itu sudah berurat akar dalam dirinya."

"Itu kan konyol. Dia tahu kau tidak... seperti vampir-vampir lain."

"Bukan berarti tidak ada alasan untuk menjaga jarak."

Aku memandang garang melalui kaca depan mobil. Yang kulihat hanya wajah Jacob, terpasung dalam topeng getir yang kubenci itu.

"Bella, memang beginilah keadaannya," kata Edward kalem.

"Aku bisa mengendalikan diri, tapi aku ragu dia bisa. Dia masih sangat muda. Besar kemungkinan akan terjadi perkelahian, dan aku tidak tahu apakah bisa menghentikannya sebelum aku membu" Edward mendadak berhenti bicara, kemudian cepat-cepat melanjutkan.

"Sebelum aku menyakitinya. Kau tidak akan senang. Aku tidak ingin itu terjadi."

Aku ingat apa yang dikatakan Jacob di dapur waktu itu, mendengar kata-kata yang ia ucapkan sambil mengenang suaranya yang parau. Aku tidak yakin akan cukup bisa mengendalikan diri untuk menghadapinya... Mungkin kau juga tidak suka kalau aku membunuh temanmu. Tapi, Jacob ternyata mampu mengendalikan diri, waktu itu...

"Edward Cullen," bisikku.

"Tadi kau mau mengatakan membunuhnya, kan? Iya, kan?” Edward membuang muka,

memandang ke hujan di luar. Di depan kami, lampu merah yang tadi tidak kusadari keberadaannya berubah menjadi hijau dan Edward menjalankan mobilnya kembali, mengemudikannya sangat lamban. Tidak biasanya ia menyetir sepelan ini.

Penutup Novel Twilight (New Moon)EPILOG—KESEPAKATAN Bab 135

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KESEPAKATAN Bab 135 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Bab 134 Novel Twilight (NEW MOON) – PEMUNGUTAN SUARA - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 134 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – PEMUNGUTAN SUARA Bab 134

"Pagi, Dad."

"Oh, hai, Bella." Charlie terdengar malu karena kepergok mengecek.

"Sudah bangun rupanya."

“Yeah. Sejak tadi aku menunggu Dad bangun supaya bisa mandi." Aku beranjak bangun.

"Tunggu dulu," tukas Charlie, menyalakan lampu. Aku mengerjap-ngerjapkan mata, silau oleh nyala terang yang tiba-tiba, dan sehati-hati mungkin menjaga agar mataku tidak melirik terus ke lemari.

"Kita bicara dulu sebentar." Aku tak mampu tidak meringis. Aku lupa minta dicarikan alasan yang bagus oleh Alice.

“Kau tahu kau dalam masalah besar."

“Yeah, aku tahu."

“Aku sudah seperti orang gila tiga hari terakhir ini. Pulang dari pemakaman Harry, aku mendapati kau sudah pergi. Jacob hanya bisa mengatakan kau kabur bersama Alice Cullen, dan menurut dia, kau dalam kesulitan. Kau tidak meninggalkan nomor telepon yang bisa dihubungi, dan kau juga tidak menelepon. Aku tidak tahu di mana kau berada atau kapan— atau apakah—kau akan pulang. Tidak tahukah kau betapa... betapa..." Charlie tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Novel Twilight (NEW MOON)


Ia menarik napas tajam dan melanjutkan katakatanya.

"Bisakah kau memberiku satu saja alasan mengapa aku tidak perlu mengirimmu ke Jacksonville saat ini juga?"

Mataku menyipit. Jadi mau main ancam nih? Aku juga bisa kalau begitu. Aku duduk tegaktegak, menarik selimut yang menyelubungi tubuhku.

"Karena aku tidak mau pergi."

"Tunggu sebentar, young lady—"

"Begini, Dad, aku menerima tanggung jawab penuh atas ulahku kemarin, dan Dad berhak menghukumku selama yang Dad inginkan. Aku juga akan mengerjakan semua tugas rumah, termasuk mencuci pakaian dan piring, sampai Dad menganggapku kapok. Dan menurutku, Dad juga berhak mengusirku dari sini—tapi itu tidak akan membuatku pindah ke Florida."

Wajah Charlie langsung merah padam. Ia menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum menjawab.

"Kau mau menjelaskan pergi ke mana kau kemarin?"

Oh, brengsek. "Ada... masalah gawat." Charlie mengangkat alis, sudah menduga aku bakal memberi penjelasan yang brilian seperti itu.

Aku menggelembungkan pipi lalu mengembuskannya dengan suara keras.

"Entah bagaimana aku bisa menamakannya, Dad. Intinya hanya salah paham. Yang ini bilang begitu, yang itu bilang begini. Akhirnya jadi rak terkendali.” Charlie menunggu dengan ekspres, tak percaya.

"Begini, Alice mengatakan pada Rosalie tentang aku melompat dari tebing..." Dengan panik aku berusaha memberikan penjelasan masuk akal, sebisa mungkin tetap menyatakan hal yang benar sehingga ketidakmampuanku berbohong dengan meyakinkan takkan terlalu kentara, tapi belum lagi aku sempat melanjutkan ceritaku, ekspresi Charlie mengingatkanku bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang masalah lompat tebing itu. Ya ampun.

Kayak aku belum kena masalah saja.

"Kurasa aku belum menceritakan itu pada Dad," sergahku tercekat.

"Bukan apa-apa kok. Hanya iseng, berenang bersama Jake. Pokoknya begini, Rosalie lantas memberi tahu Edward, dan Edward langsung kalap. Rosalie tanpa sengaja membuat ceritanya terdengar seolah-olah aku mencoba bunuh diri atau semacamnya. Edward tidak mau menjawab teleponnya, jadi Alice menyeretku ke... LA, untuk menjelaskan secara langsung." Aku mengangkat bahu, sepenuh hati berharap semoga Charlie tidak terlalu memerhatikan kekagokanku barusan sehingga tidak menyimak penjelasan brilian yang kuberikan padanya. Wajah Charlie langsung membeku. "Memangnya kau benar-benar berniat bunuh diri, Bella?"

“Tidak, tentu saja tidak. Hanya bersenangsenang dengan Jake. Terjun dari tebing. Anak-anak La Push sering melakukannya kok. Seperti kataku tadi, itu bukan apa-apa."

Wajah Charlie memanas dari membeku ke panas oleh amarah.

"Lantas, maksudnya Edward Cullen itu apa?" raungnya. “Selama ini, dia meninggalkanmu begitu saja tanpa penjelasan " Aku buru-buru memotongnya. "Lagi-lagi salah paham."

Wajah Charlie memerah lagi.

"Jadi sekarang dia kembali?"

"Aku belum tahu rencana pastinya bagaimana. Kalau tidak salah, mereka semua kembali."

Charlie menggeleng-gelengkan kepala, urat-urat nadi di keningnya menyembul.

"Aku ingin kau menjauhi dia, Bella. Aku tidak percaya padanya. Dia tidak baik untukmu. Aku tidak akan membiarkannya merusakmu seperti itu lagi."

"Baiklah," sergahku judes.

Charlie bertumpu pada tumitnya dan bergoyang maju-mundur.

"Oh." Ia tergagap sesaat, mengembuskan napas dengan suara keras karena terkejut.

"Kusangka kau akan bersikap sulit."

"Memang." Aku memandang lurus-lurus ke mata Charlie.

"Maksudku, 'Baiklah, aku akan keluar dari rumah ini.”

Mata Charlie melotot; wajahnya pucat pasi. Tekadku luntur saat aku mulai mengkhawatirkan kesehatannya. Charlie kan tidak lebih muda daripada Harry...

"Dad, aku tidak ingin keluar dari rumah ini," kataku lebih lembut.

"Aku sayang pada Dad. Aku tahu Dad khawatir, tapi Dad harus percaya padaku dalam hal ini. Dan Dad harus melunakkan sikap terhadap Edward kalau Dad ingin aku tetap tinggal di sini. Dad ingin aku tinggal di sini atau tidak?”

"Itu tidak adil, Bella. Kau tahu aku ingin kau tinggal di sini."

"Kalau begitu bersikaplah baik pada Edward, karena di mana ada aku, di situ ada dia." Aku mengucapkannya dengan sikap yakin. Keyakinan yang kudapat dari pencerahan itu masih kuat.

"Tidak di rumahku," Charlie mengamuk. Aku mengembuskan napas berat.

“Begini, aku memberi ultimatum lagi pada Dad malam ini – atau lebih tepatnya pagi ini. Pikirkan saja dulu selama beberapa hari, oke? Tapi tolong diingat bahwa Edward dan aku ibaratnya sudah satu paket.”

"Bella–"

"Pikirkan dulu," aku bersikeras.

"Dan sementara Dad memikirkannya, bisa tolong beri aku privasi? Aku benar-benar harus mandi.”

Wajah Charlie berubah warna menjadi ungu aneh, tapi ia keluar juga, membanting pintu keraskeras. Kudengar ia berjalan mengentak-entakkan kaki menuruni tangga.

Kulempar selimutku, dan tahu-tahu saja Edward sudah di sana, duduk di kursi goyang, seakanakan sudah di sana selama pembicaraanku dengan Charlie berlangsung.

"Maaf soal tadi," bisikku.

"Bukan berarti aku tidak pantas mendapatkan yang jauh lebih buruk," Edward balas berbisik.

"Jangan bertengkar dengan Charlie gara-gara aku, please."

"Sudahlah, jangan khawatir," desahku sambil mengemasi peralatan mandi dan satu setel pakaian bersih.

"Aku akan bertengkar dengannya kalau memang perlu, tapi tak lebih dari itu. Atau kau berusaha memberi tahuku bahwa kalau aku keluar dari rumah ini, aku tidak diterima di tempatmu?" Aku membelalakkan mata, pura-pura kaget.

"Memangnya kau mau pindah ke rumah penuh vampir?"

“Mungkin itu tempat paling aman untuk orang seperti aku. Lagi pula..." aku menyeringai.

"Kalau Charlie mengusirku, berarti tidak perlu menunggu sampai lulus, kan?" Rahang Edward mengeras.

"Begitu bersemangat ingin terkutuk selamanya," gerutunya.

“Kau tahu kau tidak benar-benar meyakini itu."

“Oh, begitu ya?" gerutunya.

"Tidak. Kau tidak percaya."

Edward menatapku tajam dan membuka mulut hendak bicara, tapi aku memotongnya.

"Kalau kau benar-benar percaya kau telah kehilangan jiwamu, maka waktu aku menemukanmu di Volterra, kau pasti langsung menyadari apa yang terjadi, bukannya mengira kita berdua sudah sama-sama mati. Tapi kau tidak begitu—kau malah berkata 'Luar biasa. Carlisle benar," aku mengingatkannya, merasa menang.

"Ternyata, kau masih berharap."

Sekali ini, Edward tak mampu mengatakan apaapa.

"Jadi marilah kita sama-sama berharap, oke?" saranku.

"Bukan berarti itu penting. Kalau ada kau, aku tidak butuh surga."

Pelan-pelan Edward bangkit, lalu merengkuh wajahku dengan kedua tangan sambil menatap mataku lekat-lekat.

"Selamanya," ia bersumpah, masih sedikit terperangah.

"Hanya itu yang kuminta," kataku, lalu berjinjit agar bisa menempelkan bibirku ke bibirnya.

Penutup Novel Twilight (New Moon)PEMUNGUTAN SUARA Bab 134

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMUNGUTAN SUARA Bab 134 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Friday, March 18, 2022

Bab 133 Novel Twilight (NEW MOON) – PEMUNGUTAN SUARA - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 133 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – PEMUNGUTAN SUARA Bab 133

Sesampainya di rumahku, Edward tidak berhenti. Ia langsung berlari menaiki dinding dan masuk lewat jendela kamarku dalam tempo setengah detik. Lalu ia melepaskan kedua lenganku yang melingkari lehernya dan membaringkanku di tempat tidur.

Kusangka aku punya gambaran cukup jelas tentang apa yang ia pikirkan, tapi ekspresinya membuatku terkejut. Bukannya marah, ia malah terlihat seperti menimbang-nimbang Ia berjalan mondar-mandir tanpa suara di kamarku yang gelap sementara aku memerhatikan dengan kecurigaan yang semakin menjadi-jadi.

 "Apa pun yang kaurencanakan, itu tidak akan berhasil," kataku.

"Ssstt. Aku sedang berpikir."

"Ugh," erangku, mengempaskan diri ke tempat tidur dan menyelubungi kepalaku dengan selimut. Tidak terdengar suara apa-apa, tapi mendadak Edward sudah di sana. Ia menyibakkan selimut supaya bisa melihatku. Ia berbaring di sebelahku. Tangannya terangkat, menyibakkan rambutku yang jatuh di pipi.

"Kalau kau tidak keberatan, aku lebih suka kau tidak menyembunyikan wajahmu. Aku sudah pernah merasakan hidup tanpa kau selama yang bisa kutahan. Sekarang... jawab pertanyaanku."

"Apa?" tanyaku, enggan.

"Seandainya kau bisa memiliki segalanya yang ada di dunia ini, apa saja, apa yang kauinginkan?" Aku bisa merasakan skeptisme di mataku.

"Kau." Edward menggeleng tidak sabar.

Novel Twilight (NEW MOON)


"Sesuatu yang belum kaumiliki."

Aku tidak yakin ke mana ia berusaha mengarahkanku, jadi aku berpikir dengan hati-hati sebelum menjawab. Aku menemukan jawaban yang memang benar, tapi mungkin juga mustahil.

“Aku ingin... bukan Carlisle yang melakukannya. Aku ingin kaulah yang mengubahku." Kuamati reaksi Edward dengan kecut, mengira ia akan marah lagi seperti yang kulihat di rumahnya tadi. Kaget juga aku waktu kulihat ekspresinya tidak berubah.

Ia masih terlihat menimbangnimbang, berpikir keras.

"Kau rela menukar itu dengan apa?" Aku tidak memercayai pendengaranku.

Dengan mulut ternganga lebar, kupandangi wajahnya yang tenang dan langsung melontarkan jawaban sebelum otakku sempat berpikir.

"Apa saja."

Edward tersenyum tipis, kemudian mengerucutkan bibir.

"Lima tahun?" Wajahku berkerut membentuk ekspresi antara kecewa dan ngeri.

"Kaubilang tadi apa saja," Edward mengingatkanku.

"Ya, tapi... kau akan memanfaatkan waktu lima tahun itu untuk berkelit. Aku harus menyambar kesempatan ini, mumpung masih ‘panas’. Lagi pula, terlalu berbahaya menjadi manusia—bagiku, setidaknya. Jadi, apa saja kecuali itu." Edward mengerutkan kening.

"Tiga tahun?"

"Tidak!"

"Itu tidak berarti apa-apa sama sekali bagimu?" Aku berpikir betapa aku sangat menginginkan hal ini.

Lebih baik memasang wajah sok tenang, aku memutuskan, dan tidak membiarkan Edward tahu betapa aku sangat menginginkannya. Itu akan membuat posisiku berada di atas angin.

"Enam bulan?" Edward memutar bola matanya.

"Masih kurang."

"Satu tahun, kalau begitu," tawarku.

"Itu batasanku."

"Paling tidak beri aku dua tahun."

"Enak saja. Sembilan belas aku masih mau. Tapi jangan harap aku mau mendekati usia dua puluh. Kalau selamanya kau akan berusia belasan, aku juga mau seperti itu.

Edward berpikir sebentar.

"Baiklah. Lupakan soal batasan waktu. Kau boleh menjadi seperti aku tapi ada syaratnya.”

"Syarat?" Suaraku berubah datar.

"Syarat apa?” Sorot mata Edward tampak hati-hati—ia berbicara lambat-lambat.

"Menikahlah dulu denganku." Kupandangi dia, menunggu... "Oke. Di mana lucunya?"

Edward mendesah.

"Kau melukai egoku, Bella. Aku baru saja melamarmu, tapi kau malah menganggapnya gurauan."

"Edward, kumohon, seriuslah."

“Aku seratus persen serius." Edward menatapku tanpa sedikit pun sorot humor di wajahnya.

"Oh, ayolah," tukasku, ada secercah nada histeris dalam suaraku.

"Aku kan baru delapan belas."

"Well, aku hampir seratus sepuluh. Sudah waktunya aku menikah."

Aku membuang muka, memandang ke luar jendela yang gelap, berusaha mengendalikan kepanikan sebelum telanjur meledak.

"Begini, menikah tidak masuk dalam daftar prioritasku saat ini, kau mengerti? Ini ibarat ciuman kematian bagi Renee dan Charlie."

"Pilihan katamu menarik."

"Kau tahu maksudku."

Edward menghela napas dalam-dalam.

"Tolong jangan katakan kau takut pada komitmen," kata Edward dengan nada tidak percaya, dan aku mengerti maksudnya.

"Sama sekali bukan itu," elakku.

"Aku... takut pada reaksi Renee. Dia sangat menentang pernikahan sebelum aku berumur tiga puluh."

"Karena dia lebih suka kau menjadi salah satu dari kaum yang terkutuk selamanya." Edward tertawa sinis.

"Kurasa kau bercanda."

"Bella, kalau kau membandingkan tingkat komitmen antara Penyatuan dalam ikatan pernikahan dengan menukar jiwamu sebagai ganti hidup selamanya sebagai vampir..." Edward menggelengkan kepala.

"Kalau kau tidak cukup berani untuk menikah denganku, maka"

"Well," aku menyela.

"Bagaimana kalau aku berani? Bagaimana kalau kuminta kau membawaku ke Vegas sekarang juga? Apakah tiga hari lagi aku bisa menjadi vampir?"

Edward tersenyum, giginya berkilau dalam gelap.

"Tentu; jawabnya, menerima gertakanku”.

 "Kuambil dulu mobilku."

"Brengsek," gerutuku. "Kuberi kau waktu delapan belas bulan."

"Tidak ada kesepakatan lain," sergah Edward, nyengir. "Aku suka syarat ini"

"Baiklah. Biar Carlisle saja yang melakukannya setelah aku lulus nanti."

"Kalau memang itu maumu." Edward mengangkat bahu, dan senyumnya benar-benar seperti senyum malaikat.

"Kau benar-benar keterlaluan," erangku. "Benarbenar monster." Edward terkekeh.

"Jadi karena itu kau tidak mau menikah denganku?" Lagi-lagi aku mengerang.

Edward mencondongkan tubuh ke arahku; bola matanya yang hitam pekat melebur dan berapi-api, membuyarkan konsentrasiku.

"Please, Bella?" desahnya.

Sejenak aku sampai lupa bernapas. Begitu pulih kembali, aku buru-buru menggeleng, berusaha menjernihkan pikiranku yang mendadak buntu.

"Apakah akan lebih baik jika aku punya waktu untuk membelikanmu cincin?"

"Tidak! Tidak usah ada cincin segala!" Bisa dibilang aku benar-benar berteriak.

“Uups.”

"Charlie bangun; sebaiknya aku pulang," kata Edward dengan sikap menyerah. Jantungku

berhenti berdetak.

Edward mengamati ekspresiku sesaat.

"Kekanak-kanakan tidak, kalau aku bersembunyi di lemarimu?"

"Tidak," bisikku penuh semangat.

"Tinggallah. Please."

Edward tersenyum dan menghilang. Aku gelisah seperti cacing kepanasan dalam gelap, menunggu Charlie datang mengecekku. Edward tahu persis apa yang ia lakukan, dan aku berani bertaruh, membuatku kaget adalah bagian dari rencananya. Tentu saja aku masih punya pilihan membiarkan Carlisle melakukannya, tapi sekarang setelah aku tahu ada kesempatan Edward mau mengubahku sendiri, aku sangat menginginkan kesempatan itu. Curang benar Edward.

Pintu kamarku membuka secelah.

Penutup Novel Twilight (New Moon)PEMUNGUTAN SUARA Bab 133

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMUNGUTAN SUARA Bab 133 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.